Metode Membuat Jadwal Perawatan
TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN
( SOFTSKILL )
Disusun Oleh :
NAMA : Rahmanto
NPM : 25415565
KELAS :
3IC07
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
1.
Perawatan
Preventif.
Pengertian Perawatan Definisi Tujuan Bersifat
Preventif Korektif - Menurut Vincent Gasper , perawatan ( maintenance ) merupakan suatu kegiatan yang
diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem
produksi sehingga dari sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat
diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki . Sistem
perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi , dimana
apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka
akan lebih intensif . (Vincent Gasper , 94 , Hal ; 513 )
Perawatan dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga
kadang-kadang disebut sebagai ”perawatan yang direncanakan” atau ”perawatan
yang dijadwal”. Fungsi penting dari cara perawatan jenis ini adalah menjaga
kondisi operasional peralatan serta meningkatkan kehandalannya. Tujuannya
adalah menghilangkan penyebab-penyebab kerusakan sebelum kerusakan terjadi.
Perawatan yang terjadwal selalu lebih ekonomis daripada perawatan yang tidak
terjadwal.
Pekerjaan perawatan preventif ini dilakukan dengan mengadakan
inspeksi, pelumasan dan pengecekan peralatan seteliti mungkin. Frekuensi
inspeksi ditetapkan menurut tingkat kepentingan mesin, tingkat kerusakan dan
kelemahan mesin. Inspeksi berkala ini sangat membantu pengecekan untuk menemui
penyebab-penyebab yang menimbulkan kerusakan, dan juga untuk mempermudah usaha
perbaikannya melalui tahapan-tahapannya.
Perawatan prefentif mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mencapai tingkat kesiapan industri yang maksimum dengan
mencegah kerusakan dan mengurangi periode waktu perbaikan menjadi seminimum
mungkin.
2. Menjaga kondisi mesin sebaik mungkin untuk mempertahankan produk
yang berkualitas tinggi.
3. Memperkecil tingkat kerusakan dan menjaga nama baik industri.
4. Menjamin keselamatan pekerja.
5. menjaga industri pada tingkat efisiensi produksi yang maksimum.
6. Mencapai esmua tujuan tersebut dengan cara yang sangat ekonomis.
1.1
Pekerjaan-pekerjaan Dasar Pada Perawatan Preventif
Pekerjaan-pekerjaan
dasar pada perawatan preventif adalah: inspeksi, pelumasan, perencanaan dan
penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga perawatan, serta
penyimpanan suku cadang.
a. Inspeksi.
Pekerjaan
inspeksi dibagi atas inspeksi bagian luar dan inspeksi bagian dalam. Inspeksi
bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan mendeteksi kelainan-kelainan
yang terjadi pada mesin yang sedang beroperasi, misalnya: timbul suara yang
tidak normal, getaran, panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian
dalam ditujukan untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian
dalam seperti: roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain.
Frekuensi
inspeksi perlu ditentukan secara sangat hati-hati, karena terlalu kurangnya
inspeksi dapat menyebabkan mesin kerusakan yang sulit untuk diperbaiki dengan
segera. Sedangkan terlalu sering diadakan inspeksi dapat menyebabkan mesin
kehilangan waktu produktivitasnya. Dengan demikian frekuensi pelaksanaan
inspeksi harus benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman, dan jadwal
program untuk inspeksi perlu dipertimbangkan dengan matang.
Untuk inspeksi mesin dapat dikategorikan menjadi dua macam:
1. Kategori mesin yang penting.
Mesin-mesin
dalam kelompok ini sangat besar pengaruhnya terhadap jalannya produksi secara
keseluruhan, sedikit saja terjadi gangguan akan memerlukan waktu yang lama
untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu diberikan penekanan yang lebih kepada
inspeksi mesin-mesin tersebut.
2. Kategori
mesin biasa.
Frekuensi
inspeksi untuk kelompok ini tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya
produksi.
1.2 Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti roda gigi, bantalan
dsb, harus diberi pelumasan secara benar agar dapat bekerja dengan baik dan
tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang benar perlu diperhatikan jenis
pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi pelumas dan waktu pemberian
pelumasnya ini.
1.3 Perencanaan
dan Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus ditaati
dengan baik. Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan teperinci
menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian, mingguan,
bulanan, tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiap tahun dan sebagainya.
Suatu contoh bagan untuk jadwal perawatan preventif bisa dilihat pada gambar 1.
1.4 Pencatatan
dan Analisis.
Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran
pekerjaan perawatan ini adalah:
1. Buku manual operasi.
2. Manual instruksi perawatan.
3. Kartu riwayat mesin.
4. Daftar permintaan suku cadang.
5. Kartu inspeksi.
6. Catatan kegiatan harian.
7. Catatan kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan
perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan diambil.
Analisis yang dibuat berdasaRkan catatan-catatan tersebut akan
membantu dalam hal:
1.
Melakukan pencegahan kerusakan daripada memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
2.
Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
3.
Menentukan umur mesin.
4.
Memperkirakan kerusakan mesin dan merencanakan
untuk memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan.
5.
Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6.
Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih baik
dan cocok berdasarkan pengalaman masa lalu.
a.
Latihan Bagi Tenaga Perawatan.
Untuk berhasilnya program perawatan preventif
dengan baik, perlu adanya latihan yang mendasar bagi tenaga perawatan. Baik
teknisi maupun pengawas harus terlatih dalam menjalankan pekerjaan perawatan,
inspeksi dan perbaikan-perbaikan dengan cara yang sistematis.
1.5. Penyimpanan Suku Cadang.
Sistem penyimpanan suku cadang memegang peranan
penting yang berpengaruh terhadap efisiensi waktu produksi. Namun demikian
berdasarkan pertimbangan dan pengalaman, untuk order dalam jumlah besar perlu
ditentukan banyaknya suku cadang yang benar-benar dibutuhkan, karena
penyimpanan suku cadang yang terlalu banyak dapat menimbulkan biaya yang besar.
Banyaknya suku cadang yang dibutuhkan, ditentukan pula oleh faktor-faktor lain
seperti sumber penyalurnya, waktu pengantaran dan persediaan suku cadang di
pasaran.
1.6 Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif
Berikut ini adalah beberapa keuntungan penting
dari program perawatan preventif yang dilaksanakan dengan baik.
a.
Waktu terhentinya produksi menjadi berkurang.
b.
Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi tenaga
perawatan.
c.
Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan yang
dibutuhkan.
d.
Berkurangnya pengeluaran biaya untuk perbaikan.
e.
Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat
dihemat kebutuhannya, sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap waktu.
f.
Keselamatan
kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
1.7 Prosedur Pelaksanaan Perawatan Preventif
Pekerjaan perawatan harus dilakukan berdasarkan
pertimbangan dari berbagai faktor yang aman dan menguntungkan. Berikut ini
adalah suatu contoh prosedur yang dapat dipakai untuk melakukan perawatan pada
mesin.
Perawatan harian dapat dilakukan oleh operatornya
sendiri. Sebelum mulai bekerja pada mesin, terlebih dahulu operator melakukan
pembersihan dan pelumasan terhadap mesin yang akan dipakainya. Untuk
pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi yang ditujukan kepada para
operator untuk melakukan perawatan mesin. Instruksi ini harus ditaati dengan
sungguh-sungguh.
Sedangkan pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa
ditangani oleh tenaga perawatan yang sudah dilatih secara khusus untuk tugas
tersebut. Periode waktu perawatan ini perlu ditentukan berdasarkan pengalaman
terdahulu untuk mempercepat keterangannya. Dalam hal ini instruksi
pengoperasian mesin harus diikuti dengan benar oleh operator. Adanya kejadian
yang tidak normal atau kelainan-kelainan yang timbul pada mesin dengan segera
dilaporkan kepada tenaga perawatan agar gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan
perbaikan harus segera dilakukan, jangan sampai menunda waktu.
2.
Contoh Analisis Gangguan Sistem Pelumas Pada Mesin
Kijang
Berdasarkan pengamatan, penulis menjumpai banyak faktor dari sistem pelumasan
yang menyebabkan kerusakan pada mesin Toyota Kijang 4K, sehingga mesin harus di
Over Houl diantaranya :
a.
Lampu indikator mati
b.
Swicth oli mati
c.
Filter oli tersumbat
d.
Pompa Oli Rusak
e.
Sirkulasi oli pelumas tidak sempurna
Dari Permasalahan
di atas, penulis menemukan pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Bengkel “Presiden Motor”. Hal-hal tersebut secara garis besar sering dialami
oleh jenis mobil Kijang 4K.
Kerusakan tersebut dalam perbaikannya masih cukup mudah, sebab masih
konvensional. Supaya lebih mudah untuk pemahaman, penulis membuatkan daftar
tabel kerusakan.
2.1 Tabel Prosedur Pemeriksaan Analisis Gangguan Sistem Pelumas Mesin
Kijang
a. Lampu Indikator Mati
No
|
Permasalahan
|
Ciri-ciri
|
Penyebab
|
1
|
Lampu indikator mati
|
a. Lampu indikator mati
|
a. Soket kendor
b. Terjadinya hubungan arus pendek
c. Lampu putus
d. Switch mati
e. Kabel putus
|
b. Swicth Oli Mati
No
|
Permasalahan
|
Ciri-ciri
|
Penyebab
|
1
|
Switch oli mati
|
a. Lampu indikator mati
b. Lampu indikator berkedip
|
a. Jenis oli pelumas jelek
b. Lamanya penggatian oli
c. Kotoran menyumbat pada switch oli
d. Terjadinya hubungan arus pendek
e. Kwantitas oli kurang
|
c. Filter Oli Tersumbat
No
|
Permasalahan
|
Ciri-ciri
|
Penyebab
|
1
|
Filter oli tersumbat
|
a) Filter oli rusak (Pecah)
b) Tingkat kekencangan pada dudukan filter
oli kurang kuat
|
a. Jumlah oli kurang
b. Tercampurnya oli dengan air sistem
pendingin
c. Kwalitas oli jelek
d. Kwantitas oli kurang
e. Banyak kotoran (gram) yang menyumbat pada fliter
oli
|
d. Pompa Oli Rusak
No
|
Permasalahan
|
Ciri-ciri
|
Penyebab
|
Pompa oli rusak
|
a. Mesin panas
b. Muncul suara berisik pada mesin
c. Tenaga berkurang
d. Bahan bakar boros
e. Mesin sulit hidup
|
a. Banyak kotoran (gram) yang menyumbat pada
pompa oli
b. Terjadi keausan pada komponen pompa oli
c. Saluran sirkulasi menyempit
d. Penggunaaan jenis pelumas tidak sesuai
e. Oli pelumas dan air sistem pendingin
bercampur
f. Perakitan pompa oli tidak rapat
|
e. Sirkulasi oli pelumas tidak sempurna
No
|
Permasalahan
|
Ciri-ciri
|
Penyebab
|
Sistem Sirkulasi aliran oli pelumas tidak lancar
|
a.
Lampu mindikator menyala
b. Suara mesin kasar
c.
Bahan bakar boros
d. Tenaga mesin berkurang
|
a. Keausan pada pompa oli
b. Filter oli rusak
c. Volume oli berkurang
d. Kebocoran pada bak oli ( carter)
e. Banyak sisa-sia serbuk besi(Kotoran) yang
menyumbat
f. Oli pelumas membeku
g. Tingkat kekentalan oli pelumas tidak
standar
h. Pemasangan nok distributor tidak tepat
pada nok pompa oli
|
2.2 Penjelasan Dan Upaya Perbaikan Tentang Kerusakan
a.
Lampu Indikator mati
Berdasarkan buku Pedoman Reparasi Mesin
Seri K P.T Toyota, lampu indikator berfungsi sebagai sinyal lampu untuk
mengetahui berjalan atau tidaknya sistem aliran pelumas. Jadi para pengguna
mobil untuk komponen ini menjadi hal penting, sebab sebuah pelumasan pada mesin
haru bekerja dengan baik. Penyebab matinya sebuah lampu indikator oli sangat
beraneka bisa di sebabkan karena mungkin soket penghubung arusnya kendor karena
sebuah medan jalan yang tidak stabil membuat soket menjadi kendor. Terkadang switch oli rusak karena usia komponen
ini dapat dipastikan tidak lama. Yang jelas penyebab matinya lampu indikator
adalah berhubungan dengan arus listrik. Solusi untuk perbaikannya yaitu dengan
diganti, sebab komponen ini sekali pakai.
b.
Switch Oli mati
Komponen yang berkontraksi langsung dengan
minyak ini berfungsi sebagai saklar. Penjelasan singkatnya adalah komponen ini
sebagai penghubung sinyal ke lampu
indikator. Jadi jika oli mengalir dengan baik switch oli akan terlewati, sehingga pengemudi dimudahkan untuk
mengetahui kinerja oli. Penyebab matinya sebuah switch oli terkadang besar
kemungkinan dari kualitas olinya. Jika jenis olinya untuk kekentalanya lebih
tinggi, maka switch oli akan bekerja keras dengan waktu pemakain yang
lama switch akan rusak.
c.
Filter Oli Tersumbat
Komponen ini berfungsi membantu
menjaga kebersihan oli dan menahan serbuk-serbuk dari dalam mesin yang dapat
merusak bantalan-bantalan (bearing) atau bagian mesin lainnya. Kerusakan komponen disebabkan dari
penggantian yang sangat lama sehingga kotoran sedikir demi sedikit akan
berkumpul di dalam filter oli,
berakibat komponen ini tersumbat. Alirannya pun tidak lancar akan berefek
dengan komponen lainnya terganggu. Pada standar penggantian filter oli yaitu 5000 km supaya filter selalu bekerja dengan baik.
d.
Pompa Oli Rusak
Pompa oli (oil pump) berfungsi menghisap oli dari bak oli (oil pan) kemudian menekan dan menyalurkan
ke bagian-bagian mesin yang bergerak. Ada 2 model pompa : (a) Model roda gigi
(tipe internal
gear dan tipe external gear) dan (b) Model
Trochoid yang dilengkapi 2 rotor (rotor penggerak dan rotor yang
digerakkan). Untuk jenis kijang 4K tipe penggunaan pompa oli yaitu menggunakan Model
Trochoid yang dilengkapi 2 rotor (rotor penggerak dan rotor yang
digerakkan) jadi pelumasannya pun sangat sempurna semua bagian dapat terlumasi
sebab daya tekanan ini sangat tinggi. Kerusakan pompa oli jenis ini karena keausan pada
bagian dalam dari pompa sehingga pompa pada saat beropersi tidak dapat
mengambil oli dari bak oli.
e.
Sistem Sirkulasi Aliran Oli Pelumas Tidak Lancar
Pelumasan
yang tidak sempurna
karena kurangnya perhatian terhadap pelumasan dapat berakibat
fatal terhadap mesin. Akibat yang ditimbulkan adalah :
1. Tenaga mesin atau motor akan berkurang karena energinya
banyak terbuang untuk melawan gaya gesek yang
terjadi.
2. Motor akan
cepat panas dan berisik.
3. Komponen sistem
pelumasan menjadi cepat rusak.
4. Kerja mesin
tidak stabil karena berputar tidak lancar.
5. Mesin sering mati mendadak karena
terjadi kemacetan dengan tiba-
tiba.
tiba.
Kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi diatas dapat
dicegah dengan memperhatikan mesin terutama mengenai :
1.
Kekentalan minyak pel;umas atau oli yang
digunakan harus sesuai spesifikasi yang ada.
2.
Waktu penggantian dan pengontrolan minyak
pelumas yang tepat
(tidak terlambat dari waktu yang ditentukan).
(tidak terlambat dari waktu yang ditentukan).
3.
Apabila terjadi pelumasan yang tidak sempurna
maka harus segeradiatasi dengan mengadakan pengecekan komponen sistem
pelumasan
2.3 Kesimpulan Tentang Kerusakan
Dalam kerja sebuah mesin meliputi berbagai
sistem, dari sistem bahan bakar, sistem pendingin, dan sistem pelumas karena
dalam kerja mesin terdapat sistem pelumas dan sangat berperan penting, maka
sistem pelumas pun perlu perawatan yang intensif supaya kerja dari sistem
pelumas tetap baik.
Apabila sistem pelumas tidak terawat dengan baik
kinerja mesin pun akan berkurang bahakan akan berefek terjadi kerusakan pada
komponen mesin lainnya. Setelah penulis mengamati banyaknya permasalahan yang
terjadi pada sistem pelumas di antaranya meliputi kerusakan pada
komponen-komponen sistem pelumasan dari mulai karter, pompa oli, filter oli,
switch oli, dan aliran oli minyak
pelumas serta perapat oli pada komponen mesin.
3.
Metode Praktis Dalam Membuat Jadwal Perawatan
Sistem
penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalam penyelesaian suatu
pekerjaan. Karena itu jadwal harus dibuat oleh orang yang cermat dalam
mempertimbangkan segala sesuatunya yang berkaitan, karena tugasnya adalah
menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu dan saat penyelesaian, membuat
rencana kerja dan sebagainya.
Dalam hal
ini, perlu disusun semua pekerjaan yang akan dilakukan, kecuali pekerjaan yang
terjadi mendadak. Dengan demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang
dilakukan tanpa dibuat rencananya terlebih dahulu. Perencana yang dibuat adalah
mengenai informasi seperti nomor order pekerjaan, pemberian kode, nomor mesin,
lokasi, waktu pelaksanaan dan semua kontrol yang menunjukkan waktu. Untuk perbaikan
yang dilakukan mendadak, foreman harus dapat menentukan dengan cepat
tentang apa yang perlu dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin mengalami
kemacetan. Material yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut sedapat mungkin
disiapkan pada lokasi yang terpisah dari tempat kerja, tetapi memungkinkan
persediaannya secara cepat.
Sebagai
sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan chart (bagan)
sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka panjang.
Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal. Daftar pada papan
jadwal secara visual harus mudah diperiksa untuk menyediakan tenaga kerjanya.
Hal ini juga untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau pengawas
sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat.
3.1 Chart Gantt
Banyak jenis chart yang digunakan di industri,
semuanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan dari berbagai fungsi. Chart
adalah termasuk suatu alat bantu peraga yang dapat memberikan informasi melalui
proses komunikasi.
Chart gantt adalah suatu peta perencanaan program
kerja dalam bentuk grafik blok yang pada mulanya diperkenalkan oleh seorang
sarjana Amerika, Henry L. Gantt (1861-1919). Chart ini dibuat dengan bentuk
basis empat persegi panjang, semua aktivitas pekerjaan yang dirancang diurutkan
ke bawah secara terpisah di sebelah kiri garis vertikal. Sedangkan untuk
penunjukan waktunya diurutkan memanjang dari kiri ke kanan secara horisontal.
Unit waktu menunjukkan lamanya program kerja yang direncanakan, dan pada
prakteknya biasa ditentukan berdasarkan waktu harian atau mingguan.
Contoh 1. Ilustrasi dari penggunaan chart gantt
untuk penjadwalan pekerjaan overhaul pabrik, disusun sebagai berikut:
Semua aktivitas dari program kerja yang telah disusun dapat dilihat
pada gambar 1.
Dari chart pada gambar 1, dapat diperoleh
informasi seperti berikut:
Chart dapat berguna untuk memberi keterangan, namun dalam
pemakaiannya tidak selalu mampu menanggulangi segala persoalan yang timbul.
Dalam chart ini tidak ditunjukkan secara jelas adanya faktor yang saling ketergantungan
dari berbagai aktivitas yang satu dengan lainnya. Untuk membantu mengatasi
keterbatasan tersebut, dapat memungkinkan diterapkan sistem berangkai guna
menghubungkan berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Pemakaian cara yang
lebih baik ditunjukkan oleh contoh 2 (gambar 1).
Gambar 1. Penggunaan chart Gantt.
Pada contoh 2,
banyaknya aktivitas, lamanya waktu, saat mulai dan selesainya sama seperti yang
diberikan contoh 1, tetapi kejadian dalam contoh 2 menggunakan sistem perangkai
yang diterapkan pada chart. Dengan adanya tambahan informasi tersebut, kini
dapat lebih nyata dalam aplikasinya.
•
Aktivitas A harus selesai sebelum aktivitas B dimulai.
•
Aktivitas B harus selesai sebelum aktivitas C dimulai.
•
Aktivitas D harus selesai sebelum aktivitas C dimulai.
•
Aktivitas E harus selesai pada waktu aktivitas C selesai 2/5 bagian.
•
Aktivitas F harus selesai sebelum aktivitas E dimulai, tetapi dalam keadaan ini
terpisah satu minggu antara selesainya aktivitas F dan mulainya aktivitas E.
Dalam hal ini penyelesaian untuk aktivitas F tidak sekritis seperti pada
penyelesaian aktivitas A, B, D dan E.
• Aktivitas F dan G harus dimulai secara
bersamaan.
Penyelesaian aktivitas G tidak ditentukan selama
waktunya tidak melebihi masa penyelesaian proyek, yaitu pada akhir minggu
ke-15.
Aktivitas A, B dan C masing-masing berjalan secara
langsung dan berurutan membentuk suatu rangkaian aktivitas yang berkesinambungan
dari saat mulai sampai selesainya tugas proyek.
Jadi jadwal yang ketat secara penuh harus diikuti
oleh ketiga aktivitas yang sangat dipentingkan, sehingga tidak terjadi
pemisahan waktu. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya perpanjangan waktu dalam
penyelesaian proyek yang telah ditentukan. Dalam jaringan kerja ini, A, B dan C
dikategorikan sebagai aktivitas yang kritis, oleh karenanya perlu dibuat jadwal
kritisnya. Sedangkan pengaturan jadwal untuk aktivitas D, E, F dan G dapat
dibuat lebih leluasa selama masih dalam batas waktu luangnya.
Walaupun contoh 1 dan contoh 2 mempunyai kesamaan
aktivitas dan alokasi waktu penyelesaian, namun dengan adanya perangkaian pada
chart (contoh 2) dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam perencanaan atau pengontrolan
proyek.
3.2 Proyek Perencanaan Sumber Daya
Misalkan suatu proses terdiri dari lima unit utama yang saling
berhubungan, harus dihentikan untuk dilakukan perawatan, perbaikan dan
modifikasi. Personil yang melakukan pekerjaan ini ditugaskan dari pusat bagian
perawatan, setiap personil hanya dapat melakukan tugas menurut keahliannya
masing-masing. Personil yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah:
1 pekerja mekanik
1 pekerja listrik
1 pekerja instrumen
1 pekerja las
1 pekerja insulator panas
1 operator pembersihan kimia
Perkiraan alokasi waktu kerja (dalam hari) dari
masing-masing elemen pekerjaan pada tiap unit, dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Dalam penyelesaian pekerjaan, pada tiap akhir periode ditambah satu
hari untuk pemeriksaan semua unit secara serentak. Hal ini dilakukan untuk
menjamin bahwa:
a.
Penyusunan urutan pekerjaan pada tiap unit dapat saling menunjang.
b.
Setiap tugas (elemen pekerjaan), sekali dimulai dapat berlangsung
terus tanpa terjadi pemisahan, sehingga akan menghasilkan:
•
Waktu yang optimum untuk penyelesaian pekerjaan (overhaul) termasuk
dengan melakukan pemeriksaannya.
•
Program kerja dapat diterapkan pada tiap unit.
•
Program kerja untuk tiap unit melibatkan seluruh pekerja yang
bersangkutan.
Prinsip dan prosedur yang sama dapat pula diterapkan untuk
sumber-sumber lainnya, misal dalam pengalokasian peralatan pabrik seperti :
kompresor, pesawat angkat, generator dan lain-lain yang biasa digunakan pada
setiap tempat.
Prosedur dalam mengalokasikan seluruh pekerjaan perawatan ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengkalkulasi waktu kerja total yang dibutuhkan untuk overhaul
pada tiap unit dengan cara menjumlahkan waktu dari masing-masing elemen
pekerjaannya.
Unit A : 2 + 2
+ 4 + 3 + 2 = 13 hari kerja
Unit B : 2 + 6
+ 4 + 4 = 16 hari kerja
Unit C : 2 + 4
+ 5 + 3 = 14 hari kerja
Unit D : 3 + 3
+ 3 + 2 = 11 hari kerja
Unit E : 1 + 1
+ 3 = 5 hari kerja
b. Mengkalkulasikan alokasi pekerjaan untuk tiap jenis keahlian.
Pekerjaan
mekanik 15 hari kerja
Pekerjaan
listrik 12 hari kerja
Pekerjaan
instrumentasi 13 hari kerja
Pekerjaan
las 9 hari kerja
Pekerjaan
insulator panas 8 hari kerja
Pembersihan
kimia 2 hari kerja
c. Mempertimbangkan kedua hal tersebut di atas
untuk menentukan berapa lama waktu yang akan dibutuhkan.
Dalam
perencanaan ini, waktu overhaul yang dibutuhkan pada unit B adalah 16 hari
kerja. Jumlah waktu kerja dari unit B ini adalah yang terbanyak, oleh karenanya
diambil sebagai dasar dalam menentukan banyaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan. Seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan
perlu dilakukan pemeriksaan untuk menjamin kesiapannya, dan untuk ini diperlukan
waktu 1 hari. Dengan demikian waktu minimum mutlak yang dibutuhkan untuk
penyelesaian seluruh program perawatan tersebut tidak boleh kurang dari 16 hari
+ 1 hari (untuk pemeriksaan), jadi = 17 hari.
d. Merencanakan setiap unit pekerjaan pada blok
chart dengan skala yang tepat dan
menganalisis urutan pekerjaan yang akan dilakukan.
e. Menyusun program kerja.
Sebagai
langkah awal dapat direncanakan bahwa waktu minimum yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan adalah 17 hari. Sebenarnya cara ini dilakukan
untuk semua elemen pekerjaan pada unit B yang kritis, dan semua elemen
pekerjaan yang termasuk dalam unit A, C, D dan E harus disesuaikan susunannya
terhadap unit B. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2a.
Kalau pekerjaan tersebut tidak mungkin diselesaikan
dalam waktu 17 hari, maka jangka waktunya harus ditambah sehingga mencapai
optimum.
Gambar 2b adalah ilustrasi suatu program kerja yang lebih memadai
dengan jumlah waktu totalnya: 18 hari + 1 hari untuk pemeriksaan = 19 hari.
Suatu cara pendekatan dalam penyusunan program (gambar 2b) dapat dilakukan
dengan mengatur beberapa elemen pekerjaan sedemikian rupa tanpa merubah jumlah
waktu yang telah ditentukan pada program dasar.
f. Dengan informasi yang dikutip
dari program kerja, maka jadwal waktu untuk tiap jenis pekerjaan dapat
ditentukan susunannya (Gambar 2c).
Gambar 2a.
Program kerja yang direncanakan
Sumber: http://perawatanmesin15.blogspot.com/2018/07/metode-praktis-dalam-membuat-jadwal.html







Komentar
Posting Komentar